Bayangkan seorang pemuda di desa kecil di Jawa Timur. Namanya Dika. Lulusan SMA, tidak punya latar belakang teknologi, dan bekerja serabutan sambil membantu orang tua di sawah. Tapi ia punya mimpi—mimpi menjadi developer dan membangun aplikasi yang bisa bermanfaat untuk banyak orang.
🕹️ Awal yang Sederhana
Dika pertama kali mengenal SolusiCoding dari media sosial. Awalnya ragu—apakah mungkin belajar coding tanpa punya laptop canggih atau pendidikan IT? Tapi semangatnya menang.
Ia mendaftar program Intro to Web Development, modal smartphone dan koneksi internet seadanya. Hari demi hari, ia belajar HTML, CSS, dan JavaScript. Tantangan datang, tentu. Tapi setiap error di layar adalah pelajaran, bukan kegagalan.
🧑💻 Mentor yang Membimbing, Komunitas yang Menguatkan
Yang membuat Dika tetap bertahan bukan hanya modul pembelajaran, tapi komunitas. Lewat grup belajar SolusiCoding, ia bisa curhat, bertanya, bahkan kadang hanya sekadar saling menyemangati. Mentor membantunya menyusun portofolio dan memberikan masukan langsung lewat sesi mentoring online.
🚀 Titik Balik: Dari Desa ke Dunia Digital
Enam bulan kemudian, Dika merilis project pertamanya: website informasi desa berbasis open-source. Ia melamar sebagai junior developer di startup lokal—dan diterima. Hari itu, dunia digital membuka pintu, berkat keberanian, ketekunan, dan… SolusiCoding.
Kini, ia menjadi bagian dari tim teknologi dan terus belajar teknologi baru—seperti React, API, dan GitHub.
🌐 SolusiCoding: Bukan Sekadar Platform
SolusiCoding bukan hanya soal belajar coding. Ia menjadi simbol harapan, tempat orang biasa bisa menjadi luar biasa. Dengan kurikulum yang adaptif, mentor yang peduli, dan komunitas yang solid—SolusiCoding telah membuktikan bahwa dunia digital terbuka untuk semua.
✨ Apa Mimpi Digitalmu?
Dika hanyalah satu dari ribuan cerita. Mungkin berikutnya adalah kamu. Dengan SolusiCoding, tidak ada kata “terlambat” atau “tidak mampu”—hanya langkah pertama yang berani.
